REFORMASI BIROKRASI
MENGUBAH MINDSET PROYEK MENJADI PENATAAN SISTEM
Proyek adalah kegiatan yang sudah menjadi rutinitas di birokrasi dimana begitu ada kata proyek maka kaitannya adalah anggaran. Dengan adanya anggaran akan ada kegiatan tambahan di luar kegiatan rutin yang menjadi tugas birokrasi. Bagi birokrasi yang mempunyai anggaran lebih dapat dipastikan jumlah proyeknya makin besar sehingga akan ada banyak kegiatan yang disertai juga adanya peningkatan honor kegiatan.
Proyek bagi sebagian besar birokrasi adalah sarana untuk mencari tambahan di luar gaji pokok rutin yang cukup menjanjikan. Sehingga di setiap proyek akan ada peluang peluang tetentu yang dapat menjadi sumber income bagi yang berkaitan. Proyek sendiri sebenarnya bukanlah hal yang haram karena di situ terkandung maksud menjalankan suatu kegiatan di luar kegiatan rutin yang betujuan mencapai tujuan tertentu.
Di bidang kesehatan proyek sudah menjadi kegiatan yang lazim tiap tahun. Dari kegiatan pencegahan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, promosi kesehatan dll yang jika dijumlahkan akan banyak sekali jumlahnya. Kegiatan kegiatan proyek sayangnya kebanyakan hanya bersifat jangka pendek sehingga tujuan yang diharapkan agak sulit tercapai, malah terkesan hasil dan tujuan yang ingin dicapai sudah direkayasa sehingga berkesan ada permainan dalam pelaksanaan kegiatan. Karena tujuan yang ingin dicapai bersifat instan maka tak jarang kegiatan tersebut menimbulkan konflik diantara sesama pelaku kesehatan. Pada akhirnya kegiatan kegiatan tersebut tetap dapat terlaksana namun dengan semangat yang berbeda yaitu semangatnya hanya menghabiskan anggaran.
Jika ditelaah secara de yure, kegiatan tersebut kebanyakan sudah memenuhi persyaratan administrasi karena bukti bukti materiil sudah terlampir rapi. Namun jika ditelaah lebih dalam lagi dari aspek manfaat dan dampak yang dirasakan sasaran ternyata kebanyakan jauh dari harapan. Terlebih lagi jika dilihat dari besaran anggaran terhadap manfaat ternyata kebanyakan hampir tidak memberikan banyak manfaat. Kebanyakan proyek bersifat jangka pendek sehingga untuk maintenance kegiatan setelah proyek selesai hampir tidak ada dan akhirnya kembali lagi pada semangat proyek hanyalah sekedar menghabiskan anggaran.
PENATAAN SISTEM
Secara umum sistem pelayanan kesehatan tidak bisa dilepaskan dari pelayanan kedokteran karena inti pelayanan kesehatan terfokus pada masalah kedokteran. Untuk itu tak bisa dipungkiri motor utama pelayanan kesehatan adalah profesi dokter. Dokter sendiri dalam perkembangannya sudah terspesialisasi menjadi berbagai bidang. Hal ini disatu sisi merupakan perkembangan yang baik arena menunjukkan adanya kemajuan di bidang ilmu kedokteran. Namun di sisi lain bagi masyarakat awam hal ini sangat membingungkan karena tingkat pengetahuan mereka belum bisa mengikuti perkembangan tersebut.Birokrasi sendiri juga mempunyai keterbatasan dalam memahami perkembangan di bidang kedokteran sehingga mereka kesulitan mengatur regulasi serta pemanfaatan tenaga tenaga profesional ini. Pada akhirnya profesi ini membuat wadah dan aturan sendiri yang lebih menguntungkan kepentingan kepentingan kelompok tersebut.
Menurut Sistem Kesehatan Nasional adanya perkembangan di bidang kedokteran kedokteran ( spesialisasi ) adalah untuk mendukung adanya mekanisme rujukan dimana masyarakat dengan masalah kesehatan tertentu ditangani oleh dokter dokter yang sudah terspesialisasi. Namun di Indonesia sendiri sistem rujukan hanya tertulis di atas kertas, kenyataan di lapangan yang berlaku adalah pasar bebas dimana masyarakat bebas memilih siapa yang akan mereka jadikan tempat berobat. Akibatnya terjadi tumpang tindih dan kesesatan di lapangan antara intern profesi dokter dan juga profesi profesi pendukung di bawahnya seperti apoteker, bidan, perawat dsb.Kesesatan di lapangan tersebut salah satu pencetusnya adaah adanya proyek proyek yang bersifat instan dan sepotong potong. Pemahaman yang keliru terhadap profesi kedokteran dan pendukungnya dan ketidaktahuan terhadap mekanisme sistem rujukan membawa kepentingan proyek di bidang kesehatan bersifat asal sukses. sehingga indikator yang digunakan tidak tepat.
Semestinya pemerintah ( birokrasi ) mulai memikirkan penataan sistem dimana sistem yang berjalan dikaitkan dengan anggaran proyek sehingga tujuan yang akan dicapai dalam jangka panjang dapat terwujud walaupun pencapaiannya selangkah demi seangkah. Cara berpikir dalam penataan sistem mestinya bukan dengan menentukan tujuan jangka pendek berdasarkan isu isu yang ada ( terutama yang dihembuskan oleh pihak luar negeri ) namun lebih ke arah penataan sistem rujukan . Apapun masalah kesehatan mesti berkaitan dengan masalah kedokteran sehingga garda terdepan mestinya dengan menata dokter dokter yang dimiliki oleh bangsa ini. Dengan mengatur dan memberdayakan dokter maka secara otomatis profesi pendukung akan tertata dengan sendirinya. Profesi pendukung di bidang kesehatan tidak setiap tempat diperlukan, kebutuhan profesi pendukung di bidang kesehatan sesuai dengan besarnya masalah yang ada serta kebutuhan dari bidang kedokteran dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Sebagai contoh tenaga fisioterapi akan lebih dibutuhkan di tempat tempat dimana banyak masalah yang berkaitan dengan rehabilitasi yang mengakibatkan kecacatan.
Analogi penataan sistem adalah seperti membangun sebuah rumah.Akan ada berbagai macam bentuk rumah baik yang satu lantai, dua lantai maupun berpuluh lantai namun kesemuanya mempunyai ciri yang sama yaitu dibangun dengan fondasi yang kuat dan ditutup oleh dinding dinding dan ditutup dengan atap. Profesi dokter ibaratnya adalah keseluruhan bangunan rumah tadi. Sebagai sebuah rumah untuk dapat berfungsi maka membutuhkan berbagai fasilitas pendukung yang disesuaikan dengan kebutuhan pemilik sehingga profesi pendukung diperlukan untuk menambah layanan dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatan. Semakin khusus fungsi sebuah rumah maka ibaratnya adalah spesialisasi di bidang kedokteran. Sehingga untuk penataan sistem mestinya dimulai dari pemberdayaan dokter umum yang mempunyai fungsi dasar dalam bidang kedokteran atau jika lebih khusus lagi sering dikenal sebagai dokter keluarga. Selanjutnya dibuat sistem rujukan berjenjang sesuai dengan masalah kedokteran / kesehatan yang dihadapi masyarakat kepada dokter dokter spesialis yang berkompeten. Dengan adanya penataan sistem tersebut akan dicapai efisiensi dalam penyelesaian masalah masalah kesehatan. Namun gambaran ideal tersebut tidak mudah dilaksanakan karena perkembangan spesialisasi dan organisasinya lebih cepat dari perkembangan birokrasi. Birokrasi terlambat untuk memberdayakan dokter dokter spesialis untuk kepentingan negara sehingga sumber daya yang berkualitas ini berkembang dengan mekanisme pasar. Akibatnya terjadi kesenjangan pelayanan kesehatan dimana mana, masyarakat tersesat dalam memperoleh layanan yang efisien dan anggaran kesehatan dari pemerintah banyak terbuang tanpa disertai hasil yang bermakna. Indikator yang nyata kesalahan penataan sistem ini tercermin dari banyaknya masyarakat Indonesia yang lebih memilih pelayanan kesehatan di negara tetangga dimana di Malaysia dan Singapura pelayanan kesehatan sudah sangat efisien karena mereka menata sistem dengan tepat.
Boyolali, 12 November 2008
Refleksi Hari Kesehatan Nasional
Oleh dr Ratri S Lina,MPA